Rupiah Menguat 1,05 Persen dalam Sepekan Kembali ke Bawah Rp16.600

Table of content:
Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat belakangan ini menunjukkan penguatan yang signifikan. Dalam satu pekan terakhir, Rupiah berhasil bertahan di bawah level psikologis yang dianggap crucial, yakni Rp16.600 per dolar AS.
Pada penutupan perdagangan Jumat, data menunjukkan Rupiah ditutup pada posisi Rp16.563 per dolar, mencerminkan penguatan sebesar 0,21 persen. Secara keseluruhan, sepanjang pekan, Rupiah mengalami penguatan kumulatif hingga 1,05 persen dibanding posisi Rp16.738 di pekan sebelumnya.
Kinerja positif ini juga terlihat dari acuan nilai tukar yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI). Rupiah mencatat penguatan tipis sebesar 0,0060 persen, lagi-lagi menjadikan posisi nilai tukar di Rp16.611 per dolar sesuai dengan Jisdor yang ditetapkan BI, menunjukkan peningkatan sebesar 0,98 persen dari Rp16.775 pada pekan lalu.
Faktor Penyebab Penguatan Nilai Tukar Rupiah
Bank Indonesia melaporkan bahwa pada akhir perdagangan Kamis, nilai tukar Rupiah ditutup di level bid Rp16.580 per dolar AS. Namun, pada pagi hari Jumat, Rupiah dibuka sedikit melemah di posisi Rp16.610 per dolar AS, kembali mengkonfirmasi pergerakan yang fluktuatif.
Penguatan Rupiah juga berimbas positif pada pasar obligasi negara. Yield Surat Berharga Negara (SBN) untuk tenor 10 tahun mengalami penurunan dari 6,32 persen menjadi 6,30 persen, yang menunjukkan minat investor yang cukup tinggi pada instrumen ini.
Salah satu pengamat di bidang mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa penguatan Rupiah didorong oleh faktor internal. Menurut Ibrahim, inflasi di Indonesia telah terjaga dengan baik dalam batas sasaran BI yang ditetapkan antara 2,5 ± 1 persen.
Analisis Inflasi dan Dampaknya pada Rupiah
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan September mencatat inflasi sebesar 0,21 persen secara bulanan. Dengan demikian, inflasi tahunan tercatat mencapai 2,65 persen, memberikan angin segar bagi stabilitas ekonomi nasional.
Pemeliharaan inflasi dalam batas yang aman menjadi kunci bagi penguatan nilai tukar. Hal ini juga berperan dalam meningkatkan kepercayaan investor terhadap Rupiah, baik dari dalam maupun luar negeri.
Dalam konteks global, fluktuasi nilai tukar juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi di negara-negara lain. Kinerja ekonomi Amerika Serikat, khususnya, akan selalu menjadi sorotan, mengingat pengaruhnya yang signifikan terhadap dolar dan, secara tidak langsung, terhadap nilai tukar Rupiah.
Persepsi Pasar terhadap Kebijakan Moneter
Selain faktor inflasi, kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia akan terus menjadi perhatian utama pelaku pasar. Keputusan BI dalam menjaga suku bunga juga berdampak langsung pada daya tarik investasi di Indonesia, yang selanjutnya berimbas pada stabilitas nilai tukar.
Dalam lingkup domestik, investor juga memantau perubahan-perubahan yang terjadi dalam kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan yang konsisten dan transparan dari pemerintah dan BI dapat membantu memperkuat persepsi positif terhadap Rupiah.
Secara keseluruhan, penguatan nilai tukar Rupiah menjadi indikator penting bahwa ekonomi Indonesia masih dalam jalur yang stabil. Masyarakat dan pelaku usaha diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk mendorong pertumbuhan lebih lanjut.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now