Target Prevalensi Stunting 18,8 Persen di 2025 dengan Fokus pada Provinsi Ini
Table of content:
Di tengah melimpahnya sumber pangan di Ende, Maria mendapati bahwa masalah gizi yang dihadapi anak-anak bukan disebabkan oleh kekurangan makanan. “Pola asuh yang kurang perhatian menjadi alasan utama,” ungkap Maria, menyoroti tantangan yang dihadapi oleh orang tua yang bekerja keras sebagai petani.
Ketika musim tanam tiba, para petani sering harus meninggalkan rumah untuk waktu yang lama, bahkan lebih dari sebulan. Kondisi ini menyebabkan banyak anak tidak mendapat pengasuhan yang baik, yang berimbas pada status gizi mereka.
Maria menemukan bahwa pola asuh yang kurang optimal biasa terjadi ketika orang tua disibukkan oleh pekerjaan mereka di kebun. Bagi sebagian keluarga, ini berarti anak-anak ditinggalkan dalam pengasuhan kakek nenek atau hanya dibiarkan sendiri di rumah.
Faktor Penyebab Penurunan Status Gizi Anak di Ende
Maria menekankan bahwa pola pengasuhan yang terabaikan ini mengakibatkan penurunan status gizi, terutama di daerah yang mengandalkan pertanian. “Bulan-bulan saat orang tua sibuk mengurus sawah, status gizi anak-anak anjlok,” jelasnya.
Di Ende, meski dikenal sebagai daerah subur dengan banyak sumber pangan, pengetahuan mengenai gizi yang baik masih sangat kurang. “Orang tua mungkin memiliki banyak sayuran, tetapi kurang tahu cara mengolahnya dengan baik untuk anak-anak,” tambahnya.
Maria juga mengamati bahwa para orang tua seringkali merasa tidak memiliki waktu untuk memberikan perhatian yang cukup kepada anak-anak mereka. “Ketika mereka pergi bekerja, anak-anak menjadi terlantar dan tidak terawat dengan baik,” ungkapnya.
Mengatasi Tantangan Dalam Pengasuhan Anak di Musim Tanam
Maria kemudian mencoba menggali lebih dalam mengenai alasan di balik lamanya waktu yang diperlukan untuk mengelola sawah. “Mereka sering bekerja sama dalam kelompok untuk mengolah sawah milik masing-masing, yang membuat waktu pemeliharaan menjadi lebih lama,” ujarnya.
Dengan bekerja secara bergotong-royong, satu kelompok petani memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaan. “Jika seorang petani hanya mengerjakan sawahnya sendiri, mungkin hanya memerlukan seminggu, tetapi dengan sistem kelompok, proses bisa memakan waktu hingga lima minggu,” jelas Maria.
Tanpa disadari, situasi ini menyebabkan anak-anak ditinggalkan tanpa pengawasan. “Lima minggu melihat anak terabaikan adalah sesuatu yang mengkhawatirkan,” sambungnya.
Inovasi dalam Pengasuhan untuk Generasi Masa Depan
Melihat situasi ini, Maria memberikan saran praktis untuk memperbaiki pengasuhan anak di kebun. “Anak-anak yang masih di bawah usia sekolah seharusnya dibawa serta, dengan kelompok khusus yang berfokus pada penyediaan makanan bernutrisi.”
Dalam sistem yang diusulkan Maria, sebagian petani bisa bertanggung jawab untuk urusan tanam atau panen, sementara kelompok khusus mengurus anak-anak. “Pendekatan ini diharapkan dapat menghindari anak-anak dari ancaman kekurangan gizi,” katanya.
Maria percaya bahwa jika anak-anak dibawa ke kebun tetapi tetap mendapatkan perhatian yang cukup, akan ada perubahan positif dalam status gizi mereka. “Dengan cara ini, kita bisa menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan pengasuhan,” pungkasnya.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now







