Alasan Psikologis Mengapa Orang Bersedia Antre untuk Makanan Viral
Table of content:
Keberadaan Blok M di Jakarta telah menjadi daya tarik tersendiri bagi anak muda Ibu Kota yang mencari pengalaman kuliner unik. Tempat ini menjadi rumah bagi berbagai restoran dan kedai yang menyajikan makanan viral yang semakin banyak diminati. Makanan-makanan yang dimaksud sering kali menjadi terkenal berkat kekuatan media sosial yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat.
Di kawasan yang ramai ini, menemukan makanan viral sangatlah mudah. Cukup perhatikan antrean panjang di depan kedai, di situ biasanya Anda akan menemukan makanan yang sedang ramai dibicarakan.
Munculnya fenomena antre untuk mendapatkan makanan viral ini menimbulkan pertanyaan penting: mengapa banyak orang mau mengeluarkan waktu dan tenaga hanya untuk dapat mencicipi makanan yang sedang tren?
Psycho-Social Factors Behind Viral Food Trends
Rachel S. Herz, seorang akademisi di Fakultas Kedokteran Alpert, Universitas Brown, menyoroti bahwa antrean di depan restoran bukan hanya menunjukkan popularitas, melainkan juga dapat membangkitkan reaksi psikologis yang kuat. Menurutnya, alasan utama orang mengantre adalah karena Fear of Missing Out (FOMO) atau rasa takut ketinggalan yang semakin meresap dalam budaya populer saat ini.
Ketika orang melihat kerumunan di suatu tempat, hal itu membuat makanan yang ditawarkan menjadi tampak lebih menarik. Herz menjelaskan bahwa suasana tersebut dapat menimbulkan keinginan untuk memiliki pengalaman serupa, membuat antrean menjadi sesuatu yang menarik.
Dalam konteks ini, Cathrine Jansson-Boyd, profesor psikologi konsumen di Universitas Anglia Ruskin, menambahkan bahwa fenomena ini bisa dijelaskan sebagai “bukti validasi sosial.” Saat masyarakat melihat orang lain mengantre secara berulang-ulang, itu akan merasonalisasi perilaku tersebut sebagai hal yang biasa dan dapat diterima.
Media Sosial dan Pengaruhnya Terhadap Pilihan Kuliner
Saat ini, hampir semua orang memiliki akses ke media sosial, dan hal ini sangat berpengaruh pada kebiasaan belanja dan kuliner mereka. Hasil pencarian di media sosial sering kali menjadi referensi utama sebelum seseorang memutuskan untuk mengantri demi mencicipi makanan viral. Pemaparan visual dari makanan di platform-platform ini tentu menjadi bagian dari daya tarik.
Berbagai platform kini tidak hanya menampilkan gambar makanan, tetapi juga video dari pengalaman orang lain saat menikmati makanan tersebut. Bentuk konten ini turut menarik perhatian masyarakat dan memicu keinginan untuk mencobanya secara langsung.
Jansson-Boyd lebih lanjut menjelaskan bahwa tekanan untuk mengikuti tren di media sosial telah meningkatkan proporsi orang yang bersedia mengantri. Kita sebagai manusia adalah makhluk sosial yang cenderung ingin mendapatkan pengakuan dan mengulang pengalaman yang diidamkan orang lain.
Antrean Panjang: Antara Ketertarikan dan Keterpaksaan
Dalam budaya kuliner saat ini, antrean untuk mendapatkan makanan viral sering kali menjadi ajang unjuk diri. Mengunggah foto makanan yang sedang viral menjadi salah satu cara untuk mendapatkan perhatian di media sosial. Dengan demikian, antrean yang terlihat panjang juga bisa berarti bahwa banyak orang ingin membagikan pengalaman mereka.
Namun, dalam banyak kasus, orang juga merasa terpaksa untuk ikut antre hanya untuk mengikuti kemauan kelompok. Ketika sekeliling kita ramai dengan ulasan positif, kita pun tidak ingin ketinggalan dan merasakan pengalaman serupa, meski kadang harus terjebak dalam antrean berjam-jam.
Situasi ini menciptakan dilema. Di satu sisi, ada keinginan untuk mencoba sesuatu yang populer; di sisi lain, pengalaman antre yang panjang bisa mengganggu kenyamanan pribadi dan waktu. Banyak yang kemudian beranggapan bahwa pengalaman tersebut sebanding dengan pengorbanan waktu yang harus dilakukan.
Mengapa Makanan Viral Memikat Hati Publik? Makanan Viral Sebagai Simbol Status
Makanan viral bukan hanya sekadar tren kuliner; mereka juga berfungsi sebagai simbol status di kalangan anak muda. Mencicipi makanan yang sedang viral sering kali menjadi tanda bahwa seseorang mengikuti perkembangan zaman dan mampu beradaptasi dengan tren modern.
Ketika orang-orang berbincang tentang pengalaman menikmati makanan tersebut, hal itu menciptakan rasa keterhubungan. Makanan tersebut menjadi bahan perbincangan, memungkinkan orang untuk berinteraksi dan berestetika dalam komunitas mereka.
Melalui pengalaman bersama ini, makanan viral dapat menciptakan kenangan kolektif yang lebih bermakna. Saat sekelompok orang berbagi pengalaman makan bersama, mereka membangun ikatan yang lebih kuat, memperluas jaringan sosial, serta membuat mereka merasa lebih terhubung satu sama lain.
Di tengah segala daya tarik tersebut, kita juga perlu mempertimbangkan aspek kesehatan dan kualitas makanan yang ditawarkan. Tidak jarang makanan yang viral tidak selalu diimbangi dengan kualitas yang baik. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk tetap kritis dalam memilih makanan yang mereka konsumsi, bukan hanya mengejar popularitas semata.
Makanan viral di Blok M merepresentasikan fenomena budaya yang kompleks, menciptakan interaksi sosial serta pengalaman kuliner yang mendalam. Sementara kita menikmati tren ini, penting juga untuk mempertimbangkan apa yang sebenarnya kita cari dari pengalaman tersebut, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now









