25 Persen Lulusan Baru Diprediksi Menganggur, Kesempatan Kerja Semakin Terbatas
Table of content:
Saat ini, kondisi pasar kerja bagi lulusan baru menghadapi tantangan yang tidak mudah. Dengan semakin meningkatnya angka pengangguran dan tekanan dari kemajuan teknologi, generasi muda harus bersiap menghadapi risiko dan perubahan yang terjadi.
Setelah melewati periode sulit akibat pandemi dan ketidakpastian politik, para fresh graduate harus masuk ke dalam pasar kerja yang dianggap lesu. Data menunjukkan bahwa saat ini ada lebih banyak pelamar dibandingkan lowongan yang tersedia, membuat persaingan semakin ketat.
Angka pengangguran di kalangan lulusan baru telah mencapai 9,3 persen, sebuah angka yang sangat mencemaskan. Ini adalah level tertinggi dalam delapan tahun terakhir, yang menunjukkan betapa sulitnya tantangan yang dihadapi oleh generasi muda saat ini.
Senator Mark Warner memperingatkan bahwa situasi ini masih bisa memburuk. Ia menyatakan bahwa di dalam dua hingga tiga tahun ke depan, angka pengangguran lulusan baru bisa melonjak hingga 25 persen akibat dampak kecerdasan buatan (AI) yang semakin meluas.
Teknologi dan Pengaruhnya terhadap Tenaga Kerja Muda
Dampak negatif dari adopsi teknologi seharusnya menjadi perhatian semua pihak. Kecerdasan buatan berpotensi menggantikan sebagian besar pekerjaan yang sebelumnya diisi oleh manusia, terutama di tingkat awal karir.
Warner juga menekankan bahwa jika banyak posisi entry-level hilang, maka kesempatan generasi muda untuk mencapai posisi karir menengah juga akan terancam. Hal ini tentunya berimplikasi besar terhadap kestabilan ekonomi dan sosial di masa depan.
Senator Warner sedang menggandeng sejumlah koleganya untuk mendorong program pelatihan ulang bagi tenaga kerja yang terkena dampak. Menurutnya, perusahaan yang memanfaatkan teknologi AI juga harus berkontribusi dalam biaya pelatihan ini, demi menciptakan keseimbangan.
Lebih lanjut, Senator Josh Hawley menyatakan bahwa perusahaan besar dan lembaga federal seharusnya melaporkan dampak AI terhadap tenaga kerja. Ini termasuk informasi terkait pemutusan hubungan kerja (PHK) serta pergeseran pekerjaan, yang nantinya akan dipublikasikan secara luas.
Proyeksi Masa Depan Pekerjaan dan Tantangan yang Dihadapi
Seluruh rangkaian masalah ini menunjukkan bahwa masa depan pekerjaan tidak dapat diprediksi dengan mudah. Proyeksi menunjukkan bahwa teknologi seperti AI akan menciptakan pekerjaan baru, tetapi pada saat yang sama, ia juga bisa menghilangkan pekerjaan yang sudah ada.
Senator Bernie Sanders bahkan menyebutkan dalam sebuah laporan bahwa otomasi berbasis teknologi mungkin akan menghapus hampir 100 juta pekerjaan di Amerika Serikat. Job yang diduga paling terpengaruh termasuk posisi dengan bayaran rendah, namun profesi dengan bayaran lebih tinggi pun tidak luput dari risiko.
Perubahan ini tak hanya mengganggu segi ekonomi, tetapi juga mengancam identitas banyak orang. Bekerja adalah salah satu cara bagi individu untuk menjadi bagian dari masyarakat, dan kehilangan pekerjaan bisa mengakibatkan krisis identitas.
Sanders mencemaskan bahwa pekerjaan, terlepas dari jenisnya, adalah esensi dari kehidupan manusia. Ketika kesempatan kerja berkurang, pertanyaan besar muncul, yaitu apa yang akan terjadi pada orang-orang yang terpaksa kehilangan bagian penting dari hidup mereka itu?
Regulasi dan Tanggung Jawab dalam Menghadapi Perubahan
Walaupun Kongres telah menggelar beberapa sesi dengar pendapat tentang keamanan AI, masih ada keraguan mengenai kemampuan mereka untuk merumuskan langkah-langkah yang efektif. Situasi ini semakin rumit dengan adanya kebijakan yang mungkin membatasi kemampuan negara bagian untuk mengatur AI.
Warner menegaskan pentingnya adanya pengaturan yang lebih kuat. Jika tidak ada tekanan dari negara bagian, ia khawatir bahwa Kongres tidak akan bertindak. Menurutnya, kegagalan dalam mengatur media sosial harus menjadi pelajaran berharga untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dalam dengan AI.
Kekhawatiran akan masa depan AI menunjukkan perlunya kebijakan yang lebih baik dan kolaborasi antara pemerintah, bisnis, dan masyarakat. Untuk menciptakan sebuah ekosistem yang sehat, maka tanggung jawab harus diemban oleh semua pihak.
Diskusi ini tentunya harus berlanjut agar kawalan terhadap penggunaan AI dapat dijalankan dengan baik, memastikan bahwa teknologi ini melayani manusia, bukan sebaliknya.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now








