Penyakit Gangguan Genetik MLD dan Harga Obatnya yang Mencapai Rp70,5 M
Table of content:
Penyakit langka metachromatic leukodystrophy (MLD) kini dikenal sebagai salah satu kondisi medis yang paling menegangkan, tidak hanya bagi pasien tetapi juga keluarga mereka. Dengan biaya satu dosis obat mencapai US$4,25 juta atau sekitar Rp 70,5 miliar, pengobatan untuk MLD memberi dampak finansial yang sangat besar bagi banyak orang. Hal ini menjadi perhatian utama dalam studi medis dan kebijakan kesehatan global.
MLD adalah penyakit yang disebabkan oleh mutasi genetik dan dapat diturunkan dari orang tua ke anak. Penyakit ini mengakibatkan kerusakan parah pada otak dan sistem saraf, yang berdampak pada kualitas hidup penderitanya. Angka kejadian MLD relatif rendah, dengan 1 dari 40.000 orang di Amerika Serikat terdiagnosis mengalami penyakit ini, meskipun prevalensinya lebih tinggi di komunitas terisolasi.
Menurut informasi dari berbagai sumber medis, saat ini telah ditemukan suatu obat bernama Lenmeldy, yang diharapkan dapat memberikan harapan bagi pasien MLD. Namun, keterjangkauannya menjadi masalah besar sehingga banyak keluarga merasa tertekan dalam menghadapi situasi ini.
Definisi dan Penyebab Metachromatic Leukodystrophy
Metachromatic leukodystrophy adalah gangguan neurologis yang disebabkan oleh kekurangan enzim arilsulfatase A. Enzim ini berperan penting dalam metabolisme lemak yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mielin, yaitu lapisan pelindung saraf. Ketika enzim ini tidak diproduksi dengan baik, mielin akan hilang dan menyebabkan gangguan fungsi saraf.
Penyakit ini ditularkan melalui cara genetik, yang berarti bahwa orang tua yang membawa gen cacat dapat menurunkan penyakit ini kepada anak-anak mereka. Hal ini membuat MLD menjadi perhatian khusus dalam pengujian genetik untuk pasangan yang berencana memiliki anak.
Secara umum, MLD dibagi menjadi tiga jenis utama: infantile, juvenile, dan adult onset. Jenis infantile merupakan yang paling umum dan paling parah, di mana gejala dapat muncul sejak usia dini. Sedangkan juvenile melibatkan anak yang lebih besar dengan perkembangan penyakit yang lebih lambat. Terakhir, adult onset sering kali tidak muncul hingga setelah usia dewasa muda.
Gejala Metachromatic Leukodystrophy pada Berbagai Usia
Gejala MLD bervariasi tergantung pada usia saat onset penyakit. Pada bayi, gejala awal bisa termasuk kesulitan berjalan, gangguan bicara, dan kelemahan otot. Bayi yang terdiagnosis MLD mungkin mengalami kehilangan kemampuan motorik dengan cepat.
Untuk remaja, gejala yang mungkin muncul termasuk kesulitan dalam mengikuti petunjuk, masalah perilaku, serta penurunan fungsi kognitif. Perubahan dalam perilaku sering kali membuat diagnosis menjadi lebih kompleks karena memerlukan perhatian tambahan dari keluarga dan tenaga medis.
Pada orang dewasa, gejala bisa lebih serius dan mencakup masalah kejiwaan seperti halusinasi dan skizofrenia. Keterlibatan sistem saraf pusat ini memberikan tantangan tambahan dalam manajemen kesehatan mental pasien dengan MLD.
Komplikasi yang Dapat Muncul Akibat MLD
Seiring berjalannya waktu, MLD dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius yang berdampak signifikan pada kualitas hidup pasien. Salah satunya adalah penurunan kemampuan kognitif, yang sering kali berujung pada demensia. Hal ini tentunya menjadi beban emosional bagi keluarga dan orang terkasih.
Selain itu, komplikasi lain seperti kebutaan akibat atrofi optik menjadi salah satu gejala yang sering kali dihadapi. Dalam kasus-kasus tertentu, malnutrisi dan pneumonia aspirasi juga dapat berkontribusi pada pertambahan risiko kematian pasien MLD.
Komplikasi ini tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga mental pasien dan keluarga. Dukungan psikologis sering kali diperlukan agar semua pihak dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi kesehatan yang cepat.
Pentingnya Penanganan dan Dukungan bagi Penderita MLD
Penanganan MLD memerlukan multidisiplin dan sering kali melibatkan berbagai jenis terapi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Terapi fisik, misalnya, dapat membantu pasien untuk bergerak lebih efektif dan mengurangi rasa sakit. Keterlibatan spesialis penting untuk menciptakan rencana perawatan yang menyeluruh.
Terapi wicara juga umumnya direkomendasikan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan menelan. Selain itu, pemberian obat-obatan juga menjadi bagian penting dalam pengelolaan gejala, terutama untuk mencegah kejang dan mengelola rasa sakit.
Bagi beberapa pasien, transplantasi sel punca dapat menjadi pilihan, meskipun ini bukanlah pilihan untuk semua penderita. Mencari dukungan dari komunitas dan grup pendukung juga sangat dianjurkan, karena dapat memberikan penyemangat bagi individu yang menghadapi tantangan serupa.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now








